Banyak yang salah kaprah menyamakan Dewa/Dewata dengan Sang Hyang Widhi Wasa.Padahal Dewa/Dewata nawa sanga tidak sama dengan Sang Hyang Widhi.Sudah sangat jelas perbedaannya,jika kita melakukan persembahyangan kepada Dewa dan banten/sesajennya ada yang kurang,sudah pasti akan terjadi sesuatu.Namun jika kita menyembah Sang Hyang Tunggal tidak banyak membutuhkan banten/sesajen/sarana,bahkan cukup hanya dengan dupa dan bunga saja,jika tidak ada sama sekali dupa dan bunga sekalipun Sang Hyang Tunggal tidak pernah KRODA/MARAH,yang penting disini adalah doa/mantranya ikhlas dan tulus.Sang Hyang Widi tidak dapat dilihat dan diwujudkan dalam bentuk arca/patung serta tidak punya anak dan istri,sedangkan Dewa masih bisa dilihat oleh orang-orang tertentu dan dapat diwujudkan dalam bentuk arca/patung serta punya anak dan istri.Buktinya banyak sekali umat hindu dapat membuat wujud dewa-dewi spt dewa wisnu,siwa,brahma,laksmi,indra dll.Tuhan tidak butuh tempat tinggal {spt : pura,gereja dll},karena Tuhan meliput jagad raya/alam semesta,sedangkan dewa/dewi bisa dibuatkan tempat tinggal spt di pura,wihara,gereja dll.Dewa juga ada tingkatannya,kendaraan dan senjata,Tuhan tidak butuh kendaraan dan senjata.Itulah bedanya Tuhan dengan dewa, jangan percaya dengan omongan tukang ceramah/kotbah bodoh dan sok tahu yang menyamakan Tuhan dengan Dewa.Dalam islam dewa sama dengan malaikat.Berdoa kepada Tuhan hanya membutuhkan satu doa/mantram,sedangkan berdoa kepada Dewa membutuhkan banyak mantram,karena masing-masing Dewa punya simbul,aksara dan mantram sendiri-sendiri. Bukti Tuhan dengan Dewa/Betara beda spt islam ,kristen, budha saat berdoa tdk butuh sesajen/banten dan tdk terjadi apa2/kerasukan dll.Dan tdk masuk di akal manusia leteh raganya dirasukan Tuhan/Dewa.
Contoh lain : jika kita mecaru/odalan pura dan bantennya ada yang kurang untuk persembahan kepada Dewa.maka biasanya ada yang kerasukan/trance dan langsung mengatakan kekurangannya. Biasanya pemangku/pedanda mengatakan orang tersebut kerasukan Ida betara/Dewa yang melinggih di pura tersebut.Dalam benak saya berpikir kok bisa kerasukan Ida Betara/Dewa yang melinggih di pura itu.Padahal kalau saya,baca dari literatur kitab suci,tidak sembarangan orang bisa kerasukan Ida Betara/Dewa/Tuhan hanya orang pilihan dan suci saja badan kasarnya dimasuki Ida Betara/Dewa/Tuhan.Karena manusia sekarang beda dengan manusia zaman dahulu kala.Zaman dahulu orang kebanyakan kerjanya bertapa dan hanya mengejar spiritual sehingga banyak orang-orang suci yang menerima WAHYU.Beda dengan orang zaman sekarang lebih banyak mengejar materi [bersifat keduniawian daripada batiniah],istilah balinya manusia sekarang lebih LETEH/KOTOR sehingga tidak mungkin menerima WAHYU.Yang menjadi pertanyaan kok bisa orang zaman sekarang kerasukan Ida Betara/Dewa, biarpun orang tersebut dikatakan orang pilihan tetap saja orangnya lebih LETEH/KOTOR daripada orang zaman dahulu??Buktinya kalau orang suci zaman dahulu sekali mengucapkan kutukan kepada orang maka kutukan itu akan benar terjadi sampai akhir hayatnya dan kutukannya tidak bisa ditarik kembali tapi kalau orang zaman sekarang mengutuk,biapun sampai berbusa-busa mengutuk orang.Kutukannya tidak akan menjadi kenyataan kecuali disantet/diguna-gunai bisa jadi kenyataan.Dari sini saja sudah bisa ditarik kesimpulan tidak mungkin orang zaman sekarang bisa kerasukan Dewa/Ida Betara,kemungkinan kerasukan pengikut/pendamping/anak buah Dewa/Ida Betara atau kerasukan BHUTA KALA YANG NYAMAR JADI DEWA/IDA BETARA?!.Makanya jangan pernah menyamakan Tuhan dengan Dewa,sangat jelas bedanya Tuhan tdk bisa dibuatkan tempat tinggal/tempat suci/tempat ibadah dan Tuhan tdk menetap di suatu tempat.Tapi Beliau ada dimana-mana dan tidak berada di kiblat tertentu jadi bebas menyembah kearah manapun.Rumah ibadah adalah tempat umat berkumpul dan melakukan persembahyang bersama bukan tempat tinggal tetap Tuhan.Kalau tempat tinggal tetap Tuhan berarti tempat lain tdk ada Tuhan,sehingga manusia bisa berbuat seenaknya tanpa Tuhan tahu.Itu artinya manusia lebih sakti dan hebat sehingga mampu memaksa/menempatkan Tuhan untuk tinggal di rumah ibadah/tempat suci.
Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Hyang Widhi (Tuhan) yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan hidup mahluk. Dewa berasal dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar. Dewa bukan Tuhan diciptakan untuk maksud tujuan tertentu yang mempunyai sifat hidup dan mempunyai sifat kerja ( karma ) .
Jumlah Dewa yaitu sebanyak 33 yang terdapat di tiga ( 3 ) alam ( mandala ) . Ketigapuluh tiga Dewa tersebut terdiri dari 8 Vasu ( Basu ), 11 Rudra, 12 Aditya, Indra dan Prajapati.
Menurut Upanishad Brihadaranyaka dan itihasa Mahabharata, Kedelapan Vasu tersebut adalah :
1.Agni ( dewa api - "Panas api" ), atau Anala (juga disebut Agni) yang bermakna "Hidup"
2.Prthivi ( dewa tanah - "Bumi" ), atau Dhara yang bermakna "Dukungan"
3.Vayu ( dewa angin - "Angin" ), atau Anila yang bermakna "Angin"
4.Dyaus ( dewa langit - "Langit" ), atau Prabhasa yang bermakna "Bersinar fajar"
5.Aditya ( dewa matahari - "Abadi", nama yang sangat umum untuk matahari adalah Surya ), atau Pratyūsha yang bermakna "Pra-fajar", yaitu senja pagi, tetapi sering digunakan hanya berarti "cahaya"
6.Savitra ( dewa antariksa - "Ruang" ), atau Ha yang bermakna "Meresapi"
7.Chandramas ( dewa bulan - "Bulan" ), atau Soma yang bermakna "Soma-tanaman", dan nama yang sangat umum untuk bulan
8.Nakstrani ( dewa bintang - "Bintang" ), atau Dhruva yang bermakna "Bergerak".
Rudra sebagai salah satu aspek Deva-deva, merupakan unsur hidup dan kehidupan yang disebut sebagai Rudra prana. Kesebelas Rudras yang mengatur alam semesta (buana agung dan buana alit), diantaranya Kapali, pingala, Bima, Virupaksha, Vilohita, Shasta, Ajapada, Abhirbudhnya, Shambu, Chanda, dan Bhava.
Dalam Hindu sebagai sinar suci atau manifestasi Tuhan yang menguasai, menjaga alam semesta, Dewa juga dilengkapi dengan senjata, kendaraan dan juga diwujudkan dalam bentuk simbol atau aksara. Semua perwujudan Dewa dan Saktinya diwujudkan berbeda-beda tergantung dari penggambaran umat Hindu terhadap beliau. Misalnya wujud Dewa dan Saktinya di India dan di Bali sangatlah berbeda, namun fungsinya sama.
Dalam ajaran Hindu BALI, jumlah Dewa banyak sekali sesuai setiap fungsi yang ada dalam alam semesta ini. Diibaratkan Sang Hyang Widhi adalah Matahari, maka Dewa adalah sinar matahari yang jumlahnya tak terhingga. Matahari dikatakan panas, namun sinar nyalah yang menyentuh kita secara langsung.Dalam agama lain disebutkan Dewa itu sebagai Malaikat.
Dalam ajaran Hindu ada sebutan Tri Murti, Panca Dewata/Panca Brahma, Dewata Nawa Sanga, Asta Dewata, Panca Korsika dan lainnya.
Panca Dewata adalah manifestasi Sang Hyang Widhi sebagai penjaga segala penjuru mata angin yaitu :
A.Sadyojata (Iswara) di Timur dengan aksara suci “Sa”
B.Bamadewa (Brahma) di Selatan dengan aksara suci “Ba”
C.Tat Purusa (Maha Dewa) di Barat dengan aksara suci “Ta”
D.Aghora (Wisnu) di Utara dengan aksara suci “A”
E.Isana (Siwa) di Tengah dengan aksara suci “I”
Panca Dewata disebut juga dengan Panca Brahma, sehingga kelima aksara suci “Sa Ba Ta A I” disebut “Panca Brahma Wijaksara”.
Disamping itu ada juga lima manifestasi Hyang Widhi lainnya yaitu :
1.Maheswara di Tenggara dengan aksara suci “Na”
2.Rudra/Ludra di Barat Daya dengan aksara suci “Ma"
3.Sangkara di Barat Laut dengan aksara suci “Si”
4.Sambu di Timur Laut dengan aksara suci “Wa”
5.Siwa di Tengah dengan aksara suci “Ya”
Kelima aksara suci “Na Ma Si Wa Ya” disebut dengan Panca Aksara.
Namun dalam ajaran agama Budha Mahayana, Panca Dewata (Panca Brahma) disebut dengan “Panca Tatagata” yaitu:
1.Aksobhya di Timur dengan aksara suci “Ah”
2.Ratnasambhawa di Selatan dengan aksara suci “Ung”
3.Amitaba di Barat dengan aksara suci “Trang”
4.Amogasidhi di Utara dengan aksara suci “Hrih”
5.Wairocana di Tengah dengan aksara suci “Ang”
Sehingga kelima aksara “Ah Ung Trang Hrih Ang” disebut dengan Panca Wijaksara Tatagata sedangkan Panca aksara Budha nya “Na Ma Bu Da Ya”.
Apabila dalam Panca Aksara dan Panca Brahma Wijaksara digabungkan menjadi DASA AKSARA “Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya”, jika ditambahkan dengan aksara “Om” maka disebut “Eka Dasa Aksara”.
Dewata Nawa Sanga sering disebut juga dengan “Loka Pala”.
Asta Dewata adalah delapan manifestasi sifat Hyang Widhi sebagai penguasa yaitu :
1.Indra menguasai Hujan
2.Baruna menguasai Lautan
3.Yama menguasai Arwah Manusia
4.Kuwera menguasai Kekayaan Alam
5.Bayu menguasai Angin
6.Agni menguasai Api
7.Surya menguasai Matahari
8.Candra menguasai Bulan
Beberapa sebutan lain manifestasi Sang Hyang Widhi di penjuru mata angin adalah Panca Korsika, yaitu:
1.Sang Hyang Korsika di Timur
2.Sang Hyang Garga di Selatan
3.Sang Hyang Mentri di Barat
4.Sang Hyang Kurusya di Utara
5.Sang Hyang Prutanjala di Tengah
Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa.
TIMUR LAUT
Urip : 6;
Dewa : Sambu;
Sakti : Maha Dewi;
Senjata : Trisula;
Warna : Biru;
Aksara : Wa;
Bhuwana Alit : Ineban;
Tunggangannya : Wilmana;
Bhuta : Pelung;
Tastra : Pa dan Ja;
Sabda : Mang mang;
Wuku : Kulantir, Kuningan, Medangkungan, Kelawu;
Caturwara : Sri;
Sadwara : Urukung;
Saptawara : Sukra;
Astawara : Sri;
Sangawara : Tulus;
Dasawara : Sri;
Dewa Sambhu merupakan penguasa arah timur laut (Ersanya), bersenjata Trisula, wahananya (kendaraan) Wilmana, shaktinya Dewi Mahadewi, aksara sucinya "Wa", di Bali beliau dipuja di Pura Besakih terletak di Kabupaten Karangasem
Banten : Dewata-dewati, Sesayut Telik Jati, Tirta Sunia Merta;
Mantra : Ong trisula yantu namo tasme nara yawe namo namah, ersanya desa raksa baya kala raja astra, jayeng satru, Ong kalo byo namah.
TIMUR
Urip : 5;
Dewa : Iswara;
Sakti : Uma Dewi;
Senjata : Bajra;
Warna : Putih;
Aksara : Sa (Sadyojata)
Bhuwana Alit : Pepusuh;
Tunggangannya : Gajah;
Bhuta : Jangkitan;
Tastra : A dan Na;
Sabda : Ngong ngong;
Wuku : Taulu, Langkir, Matal, Dukut;
Dwiwara : Menga;
Pancawara : Umanis;
Sadwara : Aryang;
Saptawara : Redite;
Astawara : Indra;
Sangawara : Dangu;
Dasawara : Pandita;
Dewa Iswara merupakan penguasa arah timur (Purwa), bersenjata Bajra, wahananya (kendaraan) gajah, shaktinya Dewi Uma, aksara sucinya "Sa", di Bali beliau dipuja di Pura Lempuyang.
Banten : Penyeneng, Sesayut Puja Kerti;
Mantra : Ong bajra yantuname tasme tikna rayawe namo namah purwa desa, raksana ya kala rajastra sarwa, satya kala byoh namah namo swaha.
TENGGARA
Urip : 8;
Dewa : Mahesora;
Sakti : Laksmi Dewa;
Senjata : Dupa;
Warna : Dadu/Merah Muda;
Aksara : Na;
Bhuwana Alit ; Peparu;
Tunggangannya : Macan;
Bhuta : Dadu;
Tastra : Ca dan Ra;
Sabda : Bang bang;
Wuku : Uye, Gumbreg, Medangsia, Watugunung;
Caturwara : Mandala;
Sadwara : Paniron;
Saptawara : Wraspati;
Astawara : Guru;
Sangawara : Jangu;
Dasawara : Raja;
Dewa Maheswara merupakan penguasa arah tenggara (Gneyan), bersenjata Dupa, wahananya (kendaraan) macan, shaktinya Dewi Lakshmi, aksara sucinya "Na", di Bali beliau dipuja di Pura Goa Lawah terletak di Kabupaten Klungkung
Banten : Canang, sesayut Sida Karya, Tirta Pemarisuda;
Mantra : Ong dupa yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, genian dasa raksa raksa baya kala rajastra, jayeng satru kala byoh namo namah.
SELATAN
Urip : 9;
Dewa : Brahma;
Sakti: Saraswati Dewi;
Senjata : Gada / Danda;
Warna : Merah;
Aksara : Ba (Bamadewa)
Bhuwana Alit : Hati;
Tunggangannya : Angsa;
Bhuta : Langkir;
Tastra : Ka dan Da;
Sabda : Ang ang;
Wuku : Wariga, Pujut, Menail;
Triwara : Pasah;
Pancawara : Paing;
Sadwara : Was;
Saptawara : Saniscara;
Astawara : Yama;
Sangawara : Gigis;
Dasawara : Desa;
Dewa Brahma merupakan penguasa arah selatan (Daksina), bersenjata Gada, wahananya (kendaraan) angsa, shaktinya Dewi Saraswati, aksara sucinya "Ba", di Bali beliau dipuja diPura Andakasa terletak di Kabupaten Karangasem
Banten : Daksina, Sesayut Candra Geni, Tirta Kamandalu;
Mantra : Ong danda yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, daksina desa raksa baya, kala rajastra jayeng satru, Ong kala byoh nama swaha.
BARAT DAYA
Urip : 3;
Dewa : Rudra;
Sakti : Santani Dewi;
Senjata : Moksala;
Warna : Jingga;
Aksara : Ma;
Bhuwana Alit : Usus;
Tunggangannya : Kebo;
Bhuta : Jingga;
Tastra : Ta Dan Sa;
Sabda : Ngi ngi;
Wuku : Warigadian, Pahang, Prangbakat;
Caturwara : Laba;
Sadwara : Maulu;
Saptawara : Anggara;
Astawara : Ludra;
Sangawara : Nohan;
Dasawara : Manusa
Dewa Rudra merupakan penguasa arah barat daya (Nairiti), bersenjata Moksala, wahananya (kendaraan) kerbau, shaktinya Dewi Samodhi/Santani, aksara sucinya "Ma", di Bali beliau dipuja di Pura Uluwatu terletak di Kabupaten Badung
Banten : Dengen dengen, Sesayut Sida Lungguh, Tirta Merta Kala, Tempa pada Usus;
Mantra : Ong moksala yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, noritya desanya raksa baya kala rajastra, jayeng satru Ong kala byoh nama swaha.
BARAT
Urip : 7;
Dewa : Mahadewa;
Sakti : Saci Dewi;
Senjata : Nagapasa;
Warna : Kuning;
Aksara : Ta (Tat Purusa)
Bhuwana Alit : Ungsilan;
Tunggangannya : Naga;
Bhuta : Lembu Kanya;
Tastra : Wa dan La;
Sabda : Ring ring;
Wuku : Sinta, Julungwangi, Krulut, Bala;
Triwara : Kajeng;
Pancawara : Pon;
Sadwara : Tungleh;
Saptawara : Buda;
Astawara : Brahma;
Sangawara : Ogan;
Dasawara : Pati;
Dewa Mahadewa merupakan penguasa arah barat (Pascima), bersenjata Nagapasa, wahananya (kendaraan) Naga, shaktinya Dewi Sanci, aksara sucinya "Ta", di Bali beliau dipuja di Pura Batukaru terletak di Kabupaten Tabanan
Banten : Danan, Sesayut tirta merta sari, Tirta Kundalini;
Mantra : Ong Naga pasa yantu namo tasme tiksena nara yawe namo, pascima desa raksa bala kala rajastra, jayeng satru, Ong kala byoh namo namah swaha.
BARAT LAUT
Urip : 1;
Dewa : Sangkara;
Sakti : Rodri Dewi;
Senjata : Angkus /Duaja;
Warna : Wilis / Hijau;
Aksara : Si;
Bhuwana Alit : Limpa;
Tunggangannya : Singa;
Bhuta : Gadang/Hijau;
Tastra : Ma dan Ga;
Sabda : Eng eng;
Wuku : Landep, Sungsang, Merakih, Ugu;
Ekawara : Luang;
Caturwara : Jaya;
Astawara : Kala;
Sangawara : Erangan;
Dasawara : Raksasa;
Dewa Sangkara merupakan penguasa arah barat laut (Wayabhya), bersenjata Angkus/Duaja, wahananya (kendaraan) singa, shaktinya Dewi Rodri, aksara sucinya "Si", di Bali beliau dipuja di Pura Puncak Mangu terletak di Kabupaten Badung
Banten : Caru, Sesayut candi kesuma, Tirta Mahaning;
Mantra : Ong duaja yantu namo tiksena nara yawe namo, waybya desa raksa baya kala rajastra, jayeng satru, Ong kalo byoh namo namah swaha.
UTARA
Urip : 4;
Dewa : Wisnu;
Sakti : Sri Dewi;
Senjata : Cakra;
Warna : Ireng / Hitam;
Aksara : A (Aghora)
Bhuwana Alit : Ampru;
Tunggangannya : Garuda;
Bhuta : Taruna;
Tastra : Ba dan Nga;
Sabda : Ung;
Wuku : Ukir, Dungulan, Tambir, Wayang;
Dwiwara : Pepet;
Triwara : Beteng;
Pancawara : Wage;
Saptawara : Soma;
Astawara : Uma;
Sangawara : Urungan;
Dasawara : Duka;
Dewa Wisnu merupakan penguasa arah utara (Uttara), bersenjata Chakra Sudarshana, wahananya (kendaraan) Garuda, shaktinya Dewi Sri, aksara sucinya "A", di Bali beliau dipuja di Pura Ulundanu terletak di Kabupaten Bangli
Banten : Peras, Sesayut ratu agung ring nyali, Tirta Pawitra;
Mantra : Ong cakra yantu namo tasme tiksena ra yawe namo namah utara desa raksa baya, kala raja astra jayeng satru, Ong kala byoh namo namah swaha.
TENGAH
Urip : 8;
Dewa : Siwa;
Sakti : Uma Dewi (Parwati);
Senjata : Padma;
Warna : Panca Warna brumbun;
Aksara : I (Isana) dan Ya;
Bhuwana Alit : Tumpuking Hati;
Tunggangannya : Lembu;
Bhuta : Tiga Sakti;
Tastra : Ya dan Nya;
Sabda : Ong;
Saptawara : Kliwon;
Sangawara : Dadi;
Dewa Siwa merupakan penguasa arah tengah (Madhya), bersenjata Padma, wahananya (kendaraan) Lembu Nandini,senjata Padma shaktinya Dewi Durga (Parwati), aksara sucinya "I" dan "Ya", di Bali beliau dipuja di Pura Besakih terletak di Kabupaten Karangasem
Banten : Suci, Sesayut Darmawika, Tirta Siwa Merta, Sunia Merta, Maha Merta;
Mantra : Ong padma yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, madya desa raksa baya, kala rajastra jayeng satru kala byoh namo swaha.
Menurut Agama Hindu Dewata Nawa Sanga terdiri dari dari empat warna dasar yaitu : merah, putih, kuning, dan hitam. Hal ini disebabkan karena warna hijau yang berada di barat laut ( barat dan utara ) merupakan perpaduan antara kuning dan hitam ; warna dadu yang berada di tenggara ( timur dan selata ) merupakan perpaduan antara putih dengan merah ; warna jingga yang berada di barat daya ( barat dan selatan ) merupakan perpaduan antara merah dengan kuning.
Fungsi dan Makna Warna dalam Dewata Nawa Sanga
Berdasarkan simbol simbol yang ada dalam Dewata Nawa Sanga, maka fuungsi dan makna warna dalam Dewata Nawa Sanga dalam Agama Hindu dapat dianalisis seperti dibawah ini :
1.Makna warna hitam yang berada disebelah utara dengan Dewa Wisnu menurut budaya hindu berarti gunung, dengan fungsi sebagai pemelihara. Berarti arang, gelap, sedangkan makna universal memiliki makna : buruknya berarti : ketakutan, sial, kematian, penguburan, penghancuran, berkabung, anarkis, kesedihan, suram, dan baiknya berarti : kesalehan, kealiman, kemurnian, kesucian, kesederhanaan ,pemelihara kehidupan.
2.Makna warna Merah yang berada di Selatan dengan Dewa Brahma dengan pusaka Gada dan tanda api memiliki makna budaya laut, pencipta dan kekuatan,berarti api dan darah. Makna universal yang terkandung dalam warna merah adalah : sumber dari segala sumber, berani, cinta , emosi , darah (rudhira), kehidupan, kebesaran, emosi, kemegahan, murah hati, cantik, hangat, berani, api, panas, bahaya, cinta (manusia à ß Tuhan), perang, sumber panas, benih dari kehidupan
3.Makna warna Putih dengan Dewa Iswara yang bersenjata Bajra, berada di sebelah Timur, dan dengan tanda jantung mempunyai makna matahari, pelebur, dan sumber kebangkitan. Makna putih berarti terang, salju, dan susu dan makna universal berarti penerangan, pahlawan , sorga, kebangkitan, centre of human body, cinta, kesetiaan, penyerahan diri, absolut, suci, murni, lugu, tidak berdosa, perawan, simbol persahabatan, damai, jujur, kebenaran, bijaksana, alat untuk mencapai surga, kekeuatan angin
4.Makna warna Kuning disebelah Barat dengan Dewa Mahadewa dengan senjata Nagasapah dan tanda lingkungan kabut memiliki makna budaya matahari terbenam, penjaga keseimbangan dan kekuasaan, berarti matahari. Makna universal dari warna kuning adalah buruknya : cemburu, iri, dengki, dendam,bohong, penakut, dan baiknya ; cahaya, kemuliaan, keagungan, kesucian, murah hati, bijaksana.
5.Makna warna Hijau yang berada di sebelah barat laut dengan Dewa Sangkara dan senjata angkus, dengan tanda lingkungan mendung memiliki makna budaya penyatuan matahari terbenam & laut, keseimbangan, kesempurnaan berarti tumbuh-tumbuhan, dan secara universal memiliki makna akhir dari segalanya, tumbuhan, kehidupan, kesuburan, vitalitas, muda, kelahiran kembali, harapan, kebebasan, dan simbol : kesuburan.
6.Makna warna Biru yang dalam Dewata Nawa Sanga berada di Timur Laut dengan Dewa Sambu bersenjata Trisula, dengan tanda lingkungan awan tebal memiliki makna budaya penyatuan matahari & laut, keseimbangan alam, penyatuan kebang-kitan, pemeliharaan dan pemusnahan ; kebebasan rohani. Biru berarti laut, langit, sedangkan makna universalnya adalah sumber dari segala sumber, sorga, langit, bangsawan, jujur, cinta, setia, kebenaran, kesedihan, dan makna asosiasi : hujan, banjir, kesedihan
7.Makna warna Dadu yang dalam Dewata Nawa Sanga berada disebelah tenggara dengan dewa Mahesora bersenjata dupa dan tanda lingkungan rambu (awan tipis) memiliki makna budaya penyatuan antara gunung dan matahari, keseimbangan alam, pembunuh indria.Warna dadu memiliki makna yang sama dengan makna asali dari warna putih dan merah. Makna universalnya adalah : kebangkitan, kesadaran, kesadaran, kehidupan, halus, anggun, megah, persahabatan, kedamaian, emosional, dan dingin
8.Makna warna Jingga dengan Dewa Rudra bersenjata Moksala yang berada di sebelah Barat Daya dengan tanda lingkungan halilintar, memiliki makna budaya penyatuan matahari terbenam dan gunung, pembasmi, kedahsyatan, sumber kemurkaan. Sedangkan makna Jingga merupakan makna yang terkandung dalam warna merah dan kuning. Makna Universal warna kuning adalah darah, kematian, bahaya, kehidupan, hangat, dendam, murka, pengorbanan, penyerahan diri, penyerahan, dan pengorbanan.
9.Makna warna Brumbun yang merupakan campuran warna putih + kuning + hitam + merah yang berada di tengah dengan Dewa Ciwa bersenjata Padma dan tanda lingkungan topan memiliki makna budaya pusat, pemusnah dan dasar dari semua unsur, kesucian. Makna warna ini adalah makna asli dari warna putih, kuning, hitam dan merah.SEKIAN DARI SAYA SEMOGA ADA MANFAATNYA BUAT UMAT HINDU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar