Tampilkan postingan dengan label # Activity. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label # Activity. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Februari 2016

Siapa Bilang Menulis Itu Mudah

Sudah lama aku tidak menulis. Sebenarnya, banyak sih alasan mengapa aku tidak menulis, Alasannya pun hanya mencari pembenaran atas apa yang aku lakukan. Kalau mau di list satu persatu. Meskipun sebenarnya cuma satu kata alasannya. MALAS.

Ya, mau bagaimana lagi, saat ide sudah muncul, mau menulis kerangka tulisan, eh.. sudah tidak bisa dilanjutkan lagi ke arah mana tulisan itu akan dibawa. Karena sudah writer block.


Baca Buku

Ada yang bilang, kalau ide menulis buntu, coba membaca. Karena teman menulis itu ya membaca. Akhirnya aku membaca beberapa buku yang sudah tergeletak di lemari buku. Aku bolak-balik halaman bukunya, sesekali aku baca bagian yang ingin aku baca. Namun, anehnya setelah buku itu ditutup, isi bacaannya pun ikut tertutup. Tidak tahu entah apa tadi isinya. Kurang fokus kali…

Tulis Status, Balas Komentar

Mencoba menulis status maupun berbalas komentar di facebook, harapannya agar bisa menumbuhkan semangat menulis lagi. Boost Writing, ceritanya. Aktif buat status, asyik saling berbalas komentar. Namun anehnya, semangat untuk menulis masih saja tidak bisa muncur. Tapi lumayan lah, sudah bisa menulis walaupun hanya status. Mendingan…

Ingat Tujuan Menulis

Aku ingat-ingat lagi, apa sih tujuan aku menulis. Ingin mengembangkan bakat? Ingin menyalurkan hobi? Ingin mendapatkan tambahan uang? Atau ingin terkenal? Agaknya yang terakhir tidak perlu dijawab ya. Kalau sudah punya blog atau facebook, otomatis kita sudah terkenal. Minimal dikenal sama diri sendiri. hehe.

Gabung dan Aktif di Komunitas

Gabung komunitas sudah aku jalani. Ikuti kegiatan komunitas pun yes, sudah. Namun, hanya sebatas ikut. Wkwkwkw…. gimana bisa berkembang mas bray, kalau hanya ikut-ikutan. Dapat apa nanti kamu? Dapat gudibag?

Jangan Lupa Mandi

Mandi dulu, membuat menulis jadi lebih mood. Begitu kira-kira gambar wallpaper (yang kudapat dari salah satu komunitas menulis yang aku ikuti) di layar laptopku. Agar mood menulisku muncul, akupun mencoba mandi. Namun, belum bisa juga datang itu ide. Perlu mandi 7 kembang di 7 sumur kalee….

Ketik Yang Terlintas di Pikiran

Akhirnya, ya aku hanya mencoba mengetik apa yang ada di dalam pikiranku. Aku coba keluarkan semua uneg-uneg yang menjadi beban pikiranku. Mengapa aku tidak bisa reproduksi, eh…menulis. Tidak tahu nanti jadi seperti apa hasil akhir tulisanku ini.

Yang penting menulis mengalir saja. Dan ternyata, tulisan ini hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk mewujudkannya. Masalah edit, nantilah… yang penting tercurah sudah semua yang ada dihati sanubari (dan pikiran tentu saja).

Butuh Komitmen

Betapa ruginya aku selama ini. Tidak bisa meluangkan waktu untuk benar-benar menulis.  Menulis itu bukan pekerjaan mudah bos. Sulit, sulitnya minta ampun. Cuma satu, hanya butuh komitmen saja.

Ingat Quote Menulis
Dengan membaca beberapa kata bijak, semoga bisa membangkitkan semangat untuk menulis kembali.
  • Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. – Imam Ali
  • Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. – Imam Al-Ghazali
  • Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. – Pramoedya Ananta Toer

Kamis, 09 Juli 2015

Orang tua, Perlu Mengenali Bakat Sang Anak

Saat melihat acara reality show di salah satu stasiun televisi, tampil anak-anak dengan berbagai bakat yang dimiliki.

Tak ketinggalan, orang tua sang anak pun sesekali tersorot di layar televisi tampak serius memberikan dukungan kepada sang anak, meskipun duduknya bersama-sama dengan penonton lainnya. Tak jarang orangtua si anak justru kena kelakuan jahil dari pembawa acara.

Yang menarik adalah, saat salah satu orang tua — sebut saja Ima (bukan nama sebenarnya) — diminta untuk tampil ke depan menceritakan tentang bakat anaknya. Terungkap dari penuturannya, bakat sang anak sudah terlihat sejak berumur tiga tahun. Diperhatikan semakin lama, bakat sang anak semakin terlihat nyata.

Meskipun salah tingkah di atas panggung, tentunya karena masih “dijahili”. Ima berpesan kepada orang tua yang ada di Indonesia agar orang tua seyogyanya –dan bahkan harus– mampu melihat bakat anak-anaknya. Serta mampu mengikuti perkembangan dan pertumbuhan sang anak sedetil mungkin. Tak lain, agar orang tua mampu memberikan dorongan bagi perkembangan sang buah hati.

Jadikan Prioritas

Benar memang, perhatian kepada anak harus menjadi prioritas orangtua dalam mengasuh anak. Sebelum penyesalan datang di kemudian hari. Disaat sang anak sudah tumbuh menjadi dewasa, sedangkan orangtua merasa masih belum mampu memberikan dan melakukan banyak hal bersama anaknya.

"Tidak terasa, sekarang engkau sudah besar, Nak!"

Tak jarang, perasaan tersebut muncul dalam benak orang tua. Waktu berlalu begitu cepat. Terasa baru kemarin engkau aku timang-timang, aku gendong, namun sekarang, engkau telah mampu melampaui batas penalaran dan jangkauanku.

Jangan sampai kita sebagai orang tua menyesal dikemudian hari. Meskipun banyak yang berfikir memberikan perhatian kepada anak, salah satunya bisa dengan cara mencukupi kebutuhan fisik sang anak. Meskipun hal itu tidak sepenuhnya salah, dan tidak juga semuanya benar.

Anak lebih menyukai perhatian dan kebersamaan dibanding dengan materi yang berlimpah. Karena materi bukanlah hal yang mereka mengerti untuk saat ini. Mereka lebih mengerti tentang bagaimana rasa kebersamaan dan perhatian dari orang-orang di sekitarnya, terlebih dari orang tuanya.

Luang Waktu Bersama

Meskipun zaman sekarang memang berbeda dengan tempo doeloe. Sekarang, waktu bersama anak relatif berkurang karena memang tuntutan pekerjaan, dimana hasilnya nanti akan kembali lagi kepada sang anak.

Luangkan waktu bersama, jalani kebersamaan. (Foto: dokpri eMJe)

Namun, sesibuk apapun, alangkah baiknya orangtua menyempatkan diri untuk memberikan perhatian kepada sang anak. Agar ikatan emosional mampu terpupuk. Tak salah kiranya ungkapan berikut, “meskipun jauh dimata, namun tetap dekat di hati”.

Materi mampu memisahkan, bahkan mampu melunturkan ikatan emosional. Namun sebaliknya, ikatan emosional tidak akan bisa memisahkan materi. Yang ada justru saling memperkuat. Bahkan ada pepatah, “makan tidak makan, yang penting kumpul”. (Masluh Jamil)

Senin, 10 November 2014

Cantik Itu Berpengaruh

Ilustrasi: Wanita Berhijab sungguh Cantik
Cantik. Wanita mana yang tidak ingin dipanggil dan disebut cantik. Namun, tak jarang wanita yang kurang percaya diri dengan kecantikannya sendiri. Ia pun memoles wajah dan tubuhnya sehingga terkesan berlebihan.

Menjadi cantik tidak harus dandan menor. Cantik itu tampil apa adanya dan sewajarnya. Dan yang lebih penting cantik itu datangnya dari dalam, tidak hanya dilihat dari luar saja.

Lelaki mana yang matanya tidak melotot, melihat atau bahkan setidaknya melirik wanita cantik. Dasar lelaki… memang mata keranjang.

Lumrah, normal, dan manusiawi memang apabila para lelaki cenderung membandingkan kecantikan wanita yang satu dengan yang lain.

Tak jarang dalam lingkungan kerja, pelayanan kepada wanita pun menjadi salah satu penilaian yang tidak tertulis bagi pegawai laki-laki.

Dengan sigap, pegawai laki-laki akan cepat melayani pelanggan wanita yang cantik dibanding kesigapannya dalam melayani yang kurang cantik secara fisik.

Meskipun tidak semua pegawai laki-laki seperti itu. Dan tidak hanya pegawai saja, melainkan dalam segala lini dalam pekerjaan sama. Mulai dari pucuk pimpinan sampai akar bawahan. Mulai yang ada di kantoran sampai lapangan.

Coba anda amati. Baik itu di perusahaan maupun instansi pemerintah maupun swasta.

Nb: Sekedar saran, apabila anda bersinggungan dengan birokrasi, alangkah baiknya ajaklah teman anda yang cantik secara fisik.