Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Februari 2016

Siapa Bilang Menulis Itu Mudah

Sudah lama aku tidak menulis. Sebenarnya, banyak sih alasan mengapa aku tidak menulis, Alasannya pun hanya mencari pembenaran atas apa yang aku lakukan. Kalau mau di list satu persatu. Meskipun sebenarnya cuma satu kata alasannya. MALAS.

Ya, mau bagaimana lagi, saat ide sudah muncul, mau menulis kerangka tulisan, eh.. sudah tidak bisa dilanjutkan lagi ke arah mana tulisan itu akan dibawa. Karena sudah writer block.


Baca Buku

Ada yang bilang, kalau ide menulis buntu, coba membaca. Karena teman menulis itu ya membaca. Akhirnya aku membaca beberapa buku yang sudah tergeletak di lemari buku. Aku bolak-balik halaman bukunya, sesekali aku baca bagian yang ingin aku baca. Namun, anehnya setelah buku itu ditutup, isi bacaannya pun ikut tertutup. Tidak tahu entah apa tadi isinya. Kurang fokus kali…

Tulis Status, Balas Komentar

Mencoba menulis status maupun berbalas komentar di facebook, harapannya agar bisa menumbuhkan semangat menulis lagi. Boost Writing, ceritanya. Aktif buat status, asyik saling berbalas komentar. Namun anehnya, semangat untuk menulis masih saja tidak bisa muncur. Tapi lumayan lah, sudah bisa menulis walaupun hanya status. Mendingan…

Ingat Tujuan Menulis

Aku ingat-ingat lagi, apa sih tujuan aku menulis. Ingin mengembangkan bakat? Ingin menyalurkan hobi? Ingin mendapatkan tambahan uang? Atau ingin terkenal? Agaknya yang terakhir tidak perlu dijawab ya. Kalau sudah punya blog atau facebook, otomatis kita sudah terkenal. Minimal dikenal sama diri sendiri. hehe.

Gabung dan Aktif di Komunitas

Gabung komunitas sudah aku jalani. Ikuti kegiatan komunitas pun yes, sudah. Namun, hanya sebatas ikut. Wkwkwkw…. gimana bisa berkembang mas bray, kalau hanya ikut-ikutan. Dapat apa nanti kamu? Dapat gudibag?

Jangan Lupa Mandi

Mandi dulu, membuat menulis jadi lebih mood. Begitu kira-kira gambar wallpaper (yang kudapat dari salah satu komunitas menulis yang aku ikuti) di layar laptopku. Agar mood menulisku muncul, akupun mencoba mandi. Namun, belum bisa juga datang itu ide. Perlu mandi 7 kembang di 7 sumur kalee….

Ketik Yang Terlintas di Pikiran

Akhirnya, ya aku hanya mencoba mengetik apa yang ada di dalam pikiranku. Aku coba keluarkan semua uneg-uneg yang menjadi beban pikiranku. Mengapa aku tidak bisa reproduksi, eh…menulis. Tidak tahu nanti jadi seperti apa hasil akhir tulisanku ini.

Yang penting menulis mengalir saja. Dan ternyata, tulisan ini hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk mewujudkannya. Masalah edit, nantilah… yang penting tercurah sudah semua yang ada dihati sanubari (dan pikiran tentu saja).

Butuh Komitmen

Betapa ruginya aku selama ini. Tidak bisa meluangkan waktu untuk benar-benar menulis.  Menulis itu bukan pekerjaan mudah bos. Sulit, sulitnya minta ampun. Cuma satu, hanya butuh komitmen saja.

Ingat Quote Menulis
Dengan membaca beberapa kata bijak, semoga bisa membangkitkan semangat untuk menulis kembali.
  • Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. – Imam Ali
  • Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. – Imam Al-Ghazali
  • Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. – Pramoedya Ananta Toer

Senin, 15 Desember 2014

Ketika Awal Belajar Menulis

Karena tulisan sebelumnya yang berjudul "Karena Tulisan, Banyak Orang Sakit" sudah terlalu banyak, akhirnya harus saya hentikan seketika, khawatir akan menyebabkan semakin pusing bagi membacanya. Akhirnya uneg-uneg yang ada dipikiran pun saya tuliskan pada postingan lainnya.

Dalam menulis, saya melakukan beberapa hal supaya saya mudah untuk bisa menulis. Mengapa? Karena saya masih perlu banyak belajar dalam dunia tulis menulis ini. (Ini hanya sekedar catatan pribadi ya, tanpa maksud menabur garam ke lautan luas. Tak lain dan tak bukan adalah, agar saya bisa dengan mudah menemukannya di Kompasiana).



[caption id="" align="aligncenter" width="300"] Pinjam Pena milik pak Thamrin Dahlan | Maaf pak, asal comot tanpa ijin dulu |[/caption]
1. Catat Ide

Saat ide muncul kapanpun dan dimanapun, SEGERA saya mencatatnya. Mengapa? Karena ide merupakan pondasi awal saya untuk mulai menulis. Saya TIDAK SELALU mencatat ide dikertas atau buku. Kadang saya catat di handphone, berupa sms yang saya simpan atau bahkan sms yang saya kirim ke nomor sendiri… hehe. Itu dulu saat handphone masih jadul, belum memiliki smartphone. Beda kalau sekarang sudah ber-smartphone ya pakai aplikasi note.

Saya khawatir, jika tidak saya catat akan hilang dengan sendirinya. Walaupun ide bisa datang dengan sendiri, atau ide juga bisa dicari. Seperti melihat keadaan sekitar, membaca atau "mendengarkan" akan dapat memunculkan ide-ide yang baru.

Oleh karena itu, handphone memang saya maknai dengan hand. Sekali lagi, benar-benar hand. Sehingga handphone lebih sering saya pegang. Bukan saku-phone, yang saya taruh didalam saku.

2. Ayo Menulis

Setelah mencatat ide, jikalau adalah waktu luang saya segerakan untuk menulis. Sekali lagi, itupun jika pikiran saya telah mendapatkan hidayah. wkwkwkw.

Mengapa segera menulis? Agar ide segar yang saya catat tadi tidak cepat layu. Tak lain dan tak bukan agar saya bisa segera memaparkan atau menuliskan "kelanjutan" ide tersebut.

Karena jika saya menunda-nunda menuliskan kelanjutan ide tersebut, sifat malas akan menghampiri. Sifat yang merupakan sifat asli saya. Sehingga ide hanya sebatas ide.

3. Tulis dengan Singkat

Saat awal menulis saya berfikir, tidak mungkin saya bisa menulis satu halaman penuh. Memang! "Menulis itu tidak harus satu halaman penuh. Sedapat mungkin, buatlah tulisan yang ringkas, padat dan jelas," pesan teman saya. Ada istilah yang menyebutnya "KIS". KIS = Keep It Simple! Begitu kira-kira jawaban dari para senior di Kompasiana.

Menulis tidak harus banyak paragraf. Menulis bisa 2 paragraf, 3 paragraf, 4 paragraf atau bahkan cukup 5 paragraf. Di media berita online, tulisan rata-rata 3 sampai 5 paragraf. Dan itu yang menjadi daya tarik tersendiri. "Kenapa? Karena enteng bacanya!" (Sarap kali ya.. tanya-tanya sendiri, dijawab sendiri).

Dan yang pasti, pembaca-pun akan merasa bosan apabila tulisan dibuat berpanjang-panjang ria tanpa ada maksud didalamnya. Hal tersebut bisa saya maklumi, karena manusia cenderung memiliki sifat malas. Bahkan ada pembaca yang hanya membaca judulnya saja! Setelah itu Ctrl+W atau Close Window atau Tab Window

4. Tambahkan Data Pendukung

Kalau perlu, saya lengkapi dengan data pendukung. Misal penyajian data dalam gambar atau uraikan dengan poin-point penting lainnya. Orang dapat lebih mudah membaca gambar daripada tulisan yang tidak jelas alurnya.

Agaknya tepat ungkapan "sebuah gambar lebih berharga dari ribuan kata-kata". Wah perlu belajar sama Kampretos nih... Om, tolong ajari saya jepret gambar yang baik ya...

5. Edit Jika Selesai

Apabila saya sudah selesai menulis, langkah yang saya lakukan selanjutnya adalah mengedit (review) tulisan. Mulai dari judul sampai penutup. Saya baca berulang-ulang, apakah masih ada yang terlewat sehingga perlu ditambahkan. Atau kalau perlu dihilangkan!

Apakah masih ada bahasa yang kurang enak untuk dibaca? Apakah masih ada kesalahan ketik (istilah kerennya: typo)? Apa perlu ditambahkan kata-kata pemanis lagi?

Kalau memang masih perlu saya perjelas, saya tambahkan paragraf baru! Yang pada awalnya tulisan saya hanya 2 paragraf akan menjadi lebih dari 2 paragraf.

Seperti tulisan ini, awalnya hanya satu paragraf, yang terdiri dari point-point cara menulis. Akhirnya berkembang menjadi banyak paragraf. Seperti yang terlihat dan yang terbaca.

Minggu, 14 Desember 2014

Karena Tulisan, Banyak Orang Sakit

JUJUR, awalnya saya kesulitan untuk menulis. Meskipun umur masih muda, hehe... Saya butuh waktu berjam-jam untuk mulai menulis dan menyelesaikannya. Itupun jika sudah memiliki ide, bagaimana jika belum punya ide ya. Bisa seabad mungkin baru jadi satu tulisan. Dan itupun baru satu baris, Pada zaman dahulu kala.....

Saya pun bertanya, kepada salah satunya pada teman yang kebetulan bekerja di salah satu media cetak tentang bagaimana kiat-kiat untuk bisa menulis. Dari hasil wawancara (yang tidak resmi tentunya), banyak jawaban yang saya dapatkan. Sampai-sampai banyak yang tercecer keluar dari ingatan saya.

Tapi yang pasti, yang sampai saat ini masih saya ingat adalah, "Untuk bisa menulis adalah ya segera menulis. Tulis apa saja, jangan takut salah. Nanti, lama-lama tulisanmu akan semakin baik, dan jika tulisanmu ingin dibaca orang lain, maka sering-seringlah membaca tulisan orang lain".

Kalau saya pikir-pikir emang ada benarnya juga ya. Egois namanya jika hanya ingin tulisan saya dibaca orang lain. Sementara saya sendiri jaim membaca tulisan orang lain. Apakah mungkin hal ini juga berlaku pada kolom komentar ya?

Ternyata, wejangan teman saya tadi cocok buat saya. Mengapa? Karena saya sudah keranjingan dan kecanduan mengunjungi Kompasiana.

Sehingga pada akhirnya saya dapat menuangkan ide dalam bentuk tulisan, meskipun belum bisa satu hari satu tulisan. Dan tulisannya pun masih acakadul, serta belum sebagus milik teman-teman Kompasianer yang lain.

"Ternyata itu ya, resep rahasianya menulis", pikirku.

Tidak selesai pada jawaban dari teman saya tadi, saya pun menyambangi teman yang bekerja di media cetak lainnya. Pesannya pun cukup singkat, "Tulisan yang baik, adalah tulisan yang enak dibaca. Tidak bikin pusing yang membaca".

Waduh, makjleb hati saya mendengarnya. Berarti tulisan saya selama ini justru membuat sakit kepala orang yang membacanya ya. Dan kadang-kadang sering membuat mual sakit perut juga ya ternyata. Pukulan telak bagi saya yang masih belajar menulis nih.

Maafkan saya kawan, atas ketidaknyamanan yang selama ini dirasakan.

Namun, terlepas dari itu semua. Sebelum ketakutan saya muncul untuk menggerakkan jari-jari diatas tuts tombol keyboard (karena khawatir apa yang akan saya tulis salah, semakin menyebabkan orang yang sudah sakit perut tambah sakit, dan yang pusing semakin kliyengan), akhirnya saya pun memutuskan harus segera mulai menulis.

Oke, tak apalah. Mumpung semangat menulis masih ada.

Lho, kog sudah dapat banyak paragraf ya, padahal baru akan mulai menulis. Aduh biyung…

Jumat, 12 Desember 2014

Biyungku Adalah Ibuku

Pagi itu, seperti biasanya, aku diantar berangkat ke sekolah naik sepeda motor oleh ayahku. Sekolah tempatku bermain selalu ramai anak-anak kecil se usia ku. Penuh gambar kartun yang berwarna-warni di setiap tembok. Di Playgroup ini, aku lebih sering bernyanyi dan mewarnai.

Sekitar jam 1 siang saat pulang, yang menjemput bukan ayah atau ibu. Karena mereka masih bekerja. Ibuku bekerja di sebuah bank swasta. Sedangkan ayahku seorang sales marketing yang sering berkeliling keluar kota.

Seperti biasa, aku dijemput biyung ku. Khotijah namanya. Dia sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Entah kenapa, kalau bersama biyung hatiku kog tenang sekali.

Dengan sabar biyung mengganti bajuku sesampai di rumahnya. Kadang aku pun berontak tidak mau ganti baju, benar saja, lha wong masih asik bermain dengan mobil yang baru dibelikan biyung tempo hari.

"Arga, ayo ganti baju dulu. Nanti kotor lho bajunya. Kalau kotor, besok ndak bisa berangkat sekolah," bujuknya.

"Ndak mau, ndak mau, ndak mau!" jawabku dengan nada rendah perlahan-lahan nadanya berubah menjadi agak tinggi.

Biyung pun tak kehilangan akal untuk dapat membujuk agar aku mau ganti baju.

"Kalau bajunya kotor, besok ndak bisa berangkat ke sekolah. Kalau ndak berangkat ke sekolah, besok ndak ketemu dengan biyung", rayu Khotijah sekali lagi.

Akhirnya tanpa kata, dan dengan ekspresi wajah yang masih cemberut, akupun datang menghampirinya. Karena takut jika besok tidak bisa bermain di rumah biyung.

Kaos berwarna kuning bergambar Thomas Kereta Api adalah baju favoritku. Baju itu biasanya yang digunakan senjata  jika aku tidak mau ganti baju.

[caption id="attachment_381874" align="aligncenter" width="209"]14182541451842896618 ilustrasi: ninabobo.co.id[/caption]

Aku bermain di rumah biyung tidak sendirian. Ada anak semata wayang biyung yang berumur 10 tahun lebih tua dari aku. Saat bermain dengan Ali, aku lihat biyung sering memasak, membersihkan rumah, ataupun pekerjaan rumah lainnya.

Saat menemani aku bermain, Ali terkadang sambil membaca buku. Sesekali aku lihat, ternyata bukunya kurang menarik. Tidak ada gambarnya sama sekali. Tidak berwarna. Hanya penuh dengan huruf-huruf yang belum aku mengerti.

Saat sore, ayah Ali baru pulang. Kepulangannya sering bersamaan disaat aku mandi bersama Ali. Tak jarang mainan aku ajak mandi sekalian.

Saat mau ganti baju, aku tidak mau. Aku masih senang memakai Kaos berwarna kuning bergambar Thomas Kereta Api.

Setelah itu, aku berlomba makan dengan Ali. Siapa yang cepat selesai, dialah yang menang. Walaupun aku lebih sering menang, tapi tidak ada hadiah apa-apa. Paling-paling hanya tepuk tangan dari Ali.

"Hore, Arga juara. Pinter ya Arga...", sorak Ali sambil bertepuk tangan

Agaknya Ali memang sengaja mengalah dan membiarkan aku menang.

Aku bermain di rumah biyung terasa sebentar. Mulai siang sampai malam hari. Kira-kira selepas sholat isya' orang tuaku datang menjemput.

Setelah dijemput ayah, motor merahnya pun melesat melaju menyusuri jalan yang sudah mulai dingin kurasakan di tubuhku.

Sesampainya di rumah, biasanya langsung bersiap-siap untuk tidur.

"Arga, ayo cuci kaki terus tidur. Besok berangkat sekolah lagi lho ya..." suruh ayahku.

Ya, aku lebih sering tidur sendirian. Karena ibu ku belum pulang. Masih lembur, begitu kira-kira ayah bilang.

Aku pun tidur di kamar masih dengan kaos berwarna kuning bergambar Thomas Kereta Api. Sedangkan di ruang sebelah, terdengar suara televisi masih menyala. Seperti biasa, pasti ayah masih asik melihat berita.

***

Kata biyung, aku adalah anak pinter, ganteng, sholeh, pemberani, mandiri, tidak suka menangis. Dan masih banyak gelar yang aku peroleh dari biyungku Khotijah.

Sabtu, 27 September 2014

10 Syarat Fraksi Demokrat soal Pilkada Langsung

Fraksi Demokrat Walkout dalam Sidang Paripurna DPR RI dalam Pengesahan RUU Pilkada, Jum'at (26/09/2014) Dinihari. (Foto: kompas.com)

Sidang paripurna DPR pengesahan RUU Pilkada akhirnya telah diambil keputusan meloloskan mekanisme Pilkada melalui DPRD pada hari Jum'at (26/09/2014) dinihari. Meskipun dalam perjalanan pengambilan keputusan diwarnai banyak interupsi dan dan sempat diskorsing karena berlangsung ricuh. 

Tetapi yang paling banyak mendapat perhatian justru walkoutnya sebagian besar anggota Fraksi Demokrat saat pengambilan keputusan UU Pilkada. 

Meskipun tidak semua anggota Fraksi Demokrat yang walkout. Masih ada 6 anggota fraksi Demokrat yang memutuskan tetap tinggal adalah Gde Pasek Suardika, Haryono Isman, Arif Wicaksono, Ignatius Mulyono, Eddi Sadeli dan Lim Siukiang. 

Alasan walkout fraksi demokrat tersebut dikarenakan syarat-syarat yang diajukan tidak diakomodir. Harapannya syarat yang diajukan tersebut dapat memperbaiki pelaksanaan pilkada secara langsung.

Akibatnya, partai demokrat beserta SBY selaku founding father-nya mendapat bully di dunia maya. Bahkan hashtag #ShameOnYouSBY menjadi trending topic di twitter. 

Namun, ternyata banyak yang belum mengetahui apa saja ke-10 syarat yang diajukan partai berlambang mercy tersebut. Kesepuluh syarat tersebut adalah:
  1. Uji publik atas integritas calon gubernur, calon bupati, dan calon wali kota.
  2. Efisiensi biaya penyelenggaraan pilkada yang mutlak dilakukan.
  3. Perbaikan atas pengaturan dan pembatasan pelaksanaan kampanye terbuka.
  4. Akuntabilitas penggunaan dana kampanye.
  5. Larangan politik uang dan sewa kendaraan partai.
  6. Adanya larangan fitnah dan kampanye hitam
  7. Larangan pelibatan aparat birokrasi
  8. Larangan pencopotan aparat birokrasi pascapilkada.
  9. Perbaikan atas penyelesaian sengketa pilkada
  10. Pencegahan kekerasan dan tanggung jawab calon atas kepatuhan pendukungnya

Suasana Sidang Paripurna Pengesahan RUU Pilkada:

Kamis, 21 Agustus 2014

Pelantikan Anggota Dewan Diwarnai Demo

Kudus, kota yang terkenal dengan sebutan kota santri atau kota kretek kemarin, Kamis (21/08/2014) masyarakatnya memiliki serangkaian agenda yang cukup penting di hari tersebut. Diantaranya pelantikan anggota DPRD Kabupaten Kudus periode 2014-2019, event Festival Pedagang Kaki Lima (PKL) dan bersama-sama dengan rakyat Indonesia yang lain menantikan hasil persidangan yang ada di Mahkamah Konstitusi (MK).

Pagi harinya dilaksanakan acara Pelantikan Anggota DPRD Kabupaten Kudus. Anggota DPRD Kabupaten Kudus yang diambil sumpahnya berjumlah 45 orang. Dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejumlah 9 orang, yaitu Agus Imakhudin, Aris Suliyono, Sunarto, Masan, Hartopo, Ngateman, Hendrik Marantek, Achmad Yusuf Roni, dan Sunarto.

Dari partai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sejumlah 6 orang, yaitu Sunarto, Mukhasiron, Sutejo, Noor Hadi, M Nur Khabsyin, dan Ilwani. Sedang dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sebanyak 5 orang, yaitu Luwis Juniati, Nurhudi, Agus Wariono, Ahmad Fatkhul Aziz, dan Kusma Hendriyanto. Dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sebanyak 4 orang, Muhtamat, Superiyanto, Sudjarwo, dan H Zusni Anwar.

Tidak ketinggalan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebanyak 4 orang, Setia Budi Wibowo, Umi Bariroh, Syu'aibul Huda, dan Rony Agus Santoso. Dari Partai Golongan Karya (Golkar) juga 4 orang, yaitu Mawahib, Tri Erna Sulistyawati, Dedhy Prayogo, dan Ali Mukhlisin. Dari partai Demokrat sebanyak 3 orang, yaitu Edy Kurniayan, Sumarjono, dan Mardijanto.

Diikuti juga 3 orang dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Sutiyo, Ulwan Hakim, dan Soetiyono. Partai Amanat Nasional (PAN) sebanyak 3 orang, Rochim Sutopo, Agus Darmawan, dan Bambang Kariono. Dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) sebanyak 3 orang Tommy Sutomo, Sa'diyanto, dan Kadarjono. Partai Bulan Bintang (PBB) sebanyak 1 orang yaitu Joko Siswanto.

Sebanyak 45 anggota DPRD Kabupaten Kudus yang diambil sumpah tersebut, ada 18 anggota lama yang terpilih kembali dan 27 anggota baru yang terpilih dalam pemilu legislatif 9 April 2014 lalu. Pelantikan anggota DPRD Kabupaten Kudus yang berjumlah 45 orang tersebut diwarnai dengan demo dari Front Pembela dan Pengawal Aspirasi Rakyat Kudus. Mereka meminta anggota DPRD tersebut untuk melakukan tanda tangan kontrak politik.

Teatrikal Dilakukan mengiringi Pelantikan Anggota DPRD Kudus, Kamis (21/08/2014). (foto: tribunnews.com)
Teatrikal Dilakukan mengiringi Pelantikan Anggota DPRD Kudus, Kamis (21/08/2014).
(foto: tribunnews.com)


Demo yang dilakukan oleh Front Pembela dan Pengawal Aspirasi Rakyat Kudus dikemas dengan cara berorasi dan teatrikal. Orasi yang dilakukan oleh koordinator aksi, Achmad Fikri mendapat sambutan dari anggota DPRD Kabupaten Kudus. Mas'an, Agus Imakudin, dan Hendrik Marantek yang berasal dari PDI Perjuangan dan Ilwani dari PKB bersedia menandatangani kontrak politik pada selembar spanduk.

Spanduk yang bertuliskan anggota dewan yang baru harus prorakyat, mengutamakan kepentingan rakyat dan bukan kepentingan kelompok atau pribadi. Diharapkan juga menjadi dewan yang memang benar-benar mewakili rakyat, bukannya wakil partai atau kelompok tertentu.



PMII Kudus menggelar Tahlilan dan Doa Bersama di depan gedung DPRD Kudus. (Foto: seputarkudus.com)
PMII Kudus menggelar Tahlilan dan Doa Bersama di depan gedung DPRD Kudus.
(Foto: seputarkudus.com)


Bahkan, anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kudus tidak mau ketinggalan. Mereka menggelar tahlilan dan doa bersama di depan Gedung DPRD Kabupaten Kudus. Malik Khoirul Anam, salah satu anggota PMII Kudus yang juga mahasiswa Universitas Muria Kudus mengungkapkan tujuan diadakannya tahlilan adalah agar para anggota dewan mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT.

Kamis, 22 Mei 2014

Menelisik Berubahnya tokobagus.com menjadi olx.co.id dari Perspektif Negatif

Apalah arti sebuah nama, itulah kiranya yang terjadi pada tokobagus.com yang masyarakat umum sering menyingkatnya dengan toba. Salah satu situs toko jual beli terbesar di Indonesia yang kini berubah menjadi olx.co.id sejak tanggal 20 Mei 2014.

Situs online yang berdiri sejak 9 Juni 2005 ini didirikan oleh 2 orang pemuda asal Belanda, Arnold Sebastian Egg dan Remco Lupker.

Keputusan yang riskan sebenarnya, untuk merubah nama. Belum lagi jika brandingnya sudah terbentuk di berbagai kalangan masyarakat.

Ditilik dari dunia marketing, walaupun isi sama atau bahkan lebih baik, tetapi apabila kemasan, warna, bahkan type font berbeda, banyak konsumen mempertanyakan. Ini produk asli apa aspal? Kalau asli KW berapa? Kalau aspal, kog harganya sama dengan aslinya.

Nah lo... bagaimana pucuk pimpinan menelaah respon konsumennya. Bagaimana beratnya sales marketing memberikan penjelasan kepada konsumennya. Lantas, bagaimana perasaan Arnold Sebastian Egg dan Remco Lupker pendiri tokobagus.com dan team yang selama ini melahirkan dan membesarkannya? Apabila pertanyaan tersebut diajukan, jawabnya pun akan datar-datar saja, normatif!
Tetapi dapat diyakini, di relung hati mereka yang paling dalam sedalam-dalamnya lautan yang paling dalam di dunia ini, ada perasaan kecewa meskipun hanya setitik embun.
Dan yang lebih parah lagi, besarnya dana yang dihabiskan untuk melakukan re-edukasi kepada konsumen tidak sebanding dengan benefit yang akan didapat dari perubahan nama. Berapa besar dana yang sudah dikeluarkan dahulunya untuk pengenalan tokobagus.com ke masyarakat melalui media cetak maupun elektronik. Dana yang telah dipakai pun menguap dengan sia-sia seiring berubahnya menjadi nama olx.co.id.

Saya yakin, direksi dan investor olx.co.id d/h tokobagus.com sudah memikirkan matang-matang dampak dari perubahan tersebut. Akan tetapi, masih akan diperlukan waktu lama untuk melakukan edukasi ke masyarakat. Perlu waktu untuk melakukan brainstrome ke benak alam bawah sadar masyarakat, khususnya masyarakat yang baru-baru kenal tokobagus.com dan kenal internet.

Saya pribadi kurang faham. Mengapa kalau hanya masalah besarnya prosentase saham harus merubah image yang selama ini sudah terbangun dan terbenam di alam bawah sadar masyarakat.

Seperti pepatah lama yang beredar di kalangan masyarakat bawah, "ganti mentri, ganti aturan" :D. Mengapa tidak dibiarkan saja masih tokobagus.com walaupun secara kepemilikan adalah olx.co.id

Leonita Julian, seorang pakar kehumasan di Indonesia bercanda "Nama Tokobagus sudah nempel. OLX kalau dieja O eleks. Kebalikannya Tokobagus dong".

Namun, inilah saat yang tepat bagi rival olx.co.id d/h tokobagus.com untuk meningkatkan performa kinerjanya. Bahwa persaingan itu pasti dan harga mati.

By the way, kita harus siap dengan selalu perubahan. Selalu memandang dari 2 sisi, pasti ada sisi positif di balik perubahan nama ini. Berat memang dikala masa-masa transisi. Banyak pujian dan cacian yang diterima. Semoga saja, keputusan yang telah diambil menjadikan olx.co.id semakin bagus sebagus nama pendahulunya.